PalingBeda - Pesawat jenis Twin Otter milik maskapai Aviastar yang hilang, Jumat (2/10) pukul 14.36 WITA adalah pesawat yang laik terbang. Menurut Staf Khusus Menteri Perhubungan Hadi Mustofa Juraid secara teknis Twin Otter tidak bermasalah.
"Secara teknis pesawat tersebut tidak bermasalah dan layak untuk terbang," ucap Hadi saat ditemui Merdeka.com, Jakarta Sabtu (3/10). Pesawat jenis Twin Otter tergolong pesawat dengan mesin yang bandel.
Meskipun umurnya sudah tiga puluh tahun lebih, pesawat tersebut mampu terbang dengan baik. "Memang pesawat yang diproduksi tahun 81 usianya 34 tahun, tapi pesawat ini kategori pesawat yang bandel. Di negara lain, usianya lebih tua dari itu, masih dipakai," tutur Hadi.
Hadi juga menambahkan bahwa Twin Otter baru mengganti instrumen pesawatnya seperti baru. "Twin Otter itu dia punya satu instrumen penggantian jika itu diganti, pesawatnya sudah seperti baru lagi, 80 persen baru dan baru melakukan penggantian itu Januari kemarin," kata dia.
Pesawat yang diterbangkan Capt Iri Afriadi, Co Pilot Yudhistira, dan Enginer Sukris. DHC-6 Twin Otter jenis pesawat penumpang sipil sayap tinggi (high wing) yang paling sukses dalam sejarah program dirgantara Kanada. Pengembangan pesawat jenis bermesin turboprop itu dimulai tahun 1964.
Pesawat pertama yang diproduksi seri 100. Seri berikutnya, 200 meningkatkan performa STOL (short take-off and landing) serta menambah hidung pesawat yang lebih panjang dan kompartemen penyimpanan belakang yang diatur ulang. Seri 300 semakin meningkatkan performa pesawat dengan menambahkan mesin PT6A-27.
Refrensi: Merdeka.COM
Perangkat pendaratan Twin Otter dapat diganti dengan pelampung sehingga menjadi pesawat yang populer di Alaska dan sebelah utara Kanada. Di Indonesia pesawat bermesin turboprop itu banyak dioperasikan di kawasan timur yang fasilitas bandaranya masih minim.
"Secara teknis pesawat tersebut tidak bermasalah dan layak untuk terbang," ucap Hadi saat ditemui Merdeka.com, Jakarta Sabtu (3/10). Pesawat jenis Twin Otter tergolong pesawat dengan mesin yang bandel.
Meskipun umurnya sudah tiga puluh tahun lebih, pesawat tersebut mampu terbang dengan baik. "Memang pesawat yang diproduksi tahun 81 usianya 34 tahun, tapi pesawat ini kategori pesawat yang bandel. Di negara lain, usianya lebih tua dari itu, masih dipakai," tutur Hadi.
Hadi juga menambahkan bahwa Twin Otter baru mengganti instrumen pesawatnya seperti baru. "Twin Otter itu dia punya satu instrumen penggantian jika itu diganti, pesawatnya sudah seperti baru lagi, 80 persen baru dan baru melakukan penggantian itu Januari kemarin," kata dia.
Pesawat yang diterbangkan Capt Iri Afriadi, Co Pilot Yudhistira, dan Enginer Sukris. DHC-6 Twin Otter jenis pesawat penumpang sipil sayap tinggi (high wing) yang paling sukses dalam sejarah program dirgantara Kanada. Pengembangan pesawat jenis bermesin turboprop itu dimulai tahun 1964.
Pesawat pertama yang diproduksi seri 100. Seri berikutnya, 200 meningkatkan performa STOL (short take-off and landing) serta menambah hidung pesawat yang lebih panjang dan kompartemen penyimpanan belakang yang diatur ulang. Seri 300 semakin meningkatkan performa pesawat dengan menambahkan mesin PT6A-27.
Refrensi: Merdeka.COM
Perangkat pendaratan Twin Otter dapat diganti dengan pelampung sehingga menjadi pesawat yang populer di Alaska dan sebelah utara Kanada. Di Indonesia pesawat bermesin turboprop itu banyak dioperasikan di kawasan timur yang fasilitas bandaranya masih minim.
[bal]