MS-903,
atau dikenal dengan nama kode “DORAEMON”, robot berteknologi tinggi
hasil penelitian Matsushiba Robotics. DORAEMON akan ditugaskan oleh
pemerintah Jepang untuk membantu Presiden Joko Widodo untuk membantu
tugas blusukan, mengerjai netizen yang suka merundung presiden, serta
menyelesaikan masalah-masalah yang dihadapi oleh presiden sehingga yang
bersangkutan tidak perlu berpikir atau berusaha keras untuk
menyelesaikannya. (photo courtesy liquida.it)
TSUKUBA, POS RONDA
– Aktivitas dan kebijakan Presiden Joko Widodo seringkali mendapatkan
dukungan maupun kritikan dari masyarakat Indonesia. Baik di media sosial
maupun dunia nyata, argumen yang muncul seringkali menghangat dan
berujung kepada sikap saling merundung antara mereka yang pro maupun
kontra dengan kebijakan presiden. Tidak jarang, presiden sendiri menjadi
objek rundungan oleh para netizen dan masyarakat umum.
Kondisi
ini rupanya mendapatkan perhatian serius dari negara matahari terbit.
Pemerintah Jepang akhirnya mengeluarkan pernyataan bahwa mereka akan
membantu Presiden Jokowi menghadapi masalah perundungan itu.
Didukung
oleh konsorsium yang terdiri dari beberapa perusahaan multinasional,
Jepang akan mengirimkan bantuan kepada presiden berupa sebuah robot
berteknologi mutakhir, MS-903, yang dikenal dengan nama kode “DORAEMON”.
Hiroshi
Abiko, peneliti utama Matsushiba Robotics, perusahaan yang memproduksi
MS-903, mengatakan bahwa robot ini akan sangat membantu kinerja
Presiden Jokowi dalam melakukan tugasnya sebagai presiden.
“Tim kami
sudah melakukan penelitian secara holistik, dan menyimpulkan bahwa
MS-903 adalah teknologi yang paling tepat untuk membantu Presiden Widodo
dalam melaksanakan tugasnya.” ujar Abiko di lobi pusat penelitian milik
Matsushiba Robotics di Tsukuba, Jepang, Senin lalu (15/12).
Para peneliti dan insinyur dari Matsushiba akan menyertakan beberapa gadget untuk membantu kegiatan blusukan
presiden. Salah satunya adalah Baling-baling Bambu yang bisa membuat
seseorang untuk terbang di udara. Menurut Abiko, dengan alat ini
Presiden Jokowi tidak perlu lagi memanjat menara atau memantau lokasi
bencana dengan tingkat keamanan yang minimal. Cukup menaruh
Baling-baling Bambu di kepala, maka presiden bisa terbang dan memantau
lokasi dari angkasa.
Selain
itu, terdapat pula Pintu ke Mana Saja yang akan menghemat waktu dan
anggaran perjalanan presiden. Cukup dengan menentukan tujuan dan tinggal
membuka pintu, maka presiden langsung sampai di tempat yang diinginkan.
Penggunaan alat ini akan membuat fungsi pesawat kepresidenan menjadi
minim, sehingga moda transportasi khusus presiden tersebut dapat dijual
untuk menghemat anggaran pemerintah.
Berkenaan
dengan anggaran, Abiko juga menjelaskan bahwa DORAEMON tidak membutuhkan
energi yang berbiaya tinggi. Melalui serangkaian penelitian dan
rekayasa mesin dari konsorsium, DORAEMON hanya membutuhkan makanan
berupa dorayaki untuk mengisi energi. Fitur ini dipastikan sangat ramah
bagi pengeluaran pemerintah.
“Tentu
saja perawatan secara berkala akan dilakukan setiap enam bulan sekali.
Kami akan mengirimkan tim ke Indonesia untuk melakukannya. Kami akan
pastikan DORAEMON akan siap melayani dan mendampingi Bapak Presiden 24
jam sehari, 7 hari seminggu.” jelasnya.

Aksi
Presiden Jokowi saat memanjat menara perbatasan di Pulau Sebatik.
Dengan adanya Baling-baling Bambu dan Pintu ke Mana Saja, kegiatan
seperti ini tidak perlu lagi dilakukan oleh presiden. (photo courtesy
merdeka.com)
Abiko dan
para penelitinya juga akan menangani fenomena perundungan yang dihadapi
oleh presiden dari para netizen. DORAEMON akan disertai oleh kantong
multi-dimensional yang dapat menampung barang dalam jumlah tak terbatas.
Di dalam kantong tersebut, akan terdapat berbagai macam gadget yang
dapat menolong presiden dari para perundung.
Salah satu
alat, berdasarkan penuturan Abiko, dapat mengatur bahwa setiap netizen
yang menghina presiden akan terkena sengatan listrik melalui keyboard atau layar sentuh smartphone-nya
masing-masing. Selain itu, akan ada alat berbentuk telur raksasa yang
bisa mengubah orang yang membenci presiden menjadi menyukainya. Abiko
berkata bahwa ini sangat berguna bagi lawan-lawan politik Presiden
Jokowi. Hanya dengan menculik dan memasukkan mereka ke telur tersebut,
maka dijamin dalam waktu tidak sampai satu jam, orang tersebut akan
berbalik mengidolakan presiden.
“MS-903
sudah kami siapkan dengan berbagai macam alat. Presiden Widodo cukup
mengeluh atau melapor saja kepada DORAEMON, maka ia akan mengeluarkan
alat untuk menolongnya. Presiden bisa menggunakan alatnya untuk membalas
dendam atau mengerjai orang-orang yang melakukan bullying pada beliau.
Bahkan kami sudah memasukkan perintah prioritas tinggi, bahwa MS-903
akan membantu presiden hingga beliau tidak lagi di-bully oleh siapapun.”
ujar Abiko.
Penugasan
DORAEMON untuk mendampingi Presiden Jokowi merupakan salah satu usaha
diplomatik pemerintah Jepang untuk mempererat hubungan antara kedua
negara. Deputi Menteri Luar Negeri Jepang, Tatsuma Seki, yang juga hadir
di lokasi yang sama mengakui hal tersebut.
Menurutnya,
persahabatan antara Indonesia dan Jepang begitu erat sehingga purwarupa
DORAEMON pertama akan diserahkan kepada pemerintahan Indonesia. Apabila
penugasan robot ini berhasil, maka MS-903 akan diproduksi lebih banyak
lagi sebagai bagian dari strategi diplomasi Jepang di seluruh dunia.
“Ini
merupakan perwujudan niat baik Jepang untuk sahabat kami di Indonesia.
Bagi Presiden Widodo, pemerintah Jepang memberikan jalan keluar yang
singkat dan mudah dalam bentuk robot. Kami sudah menyiapkan segalanya
dalam DORAEMON sehingga Bapak Presiden tidak perlu lagi bersusah payah
dan memusingkan cara untuk mengatasi masalah-masalah yang dihadapinya.”
papar Seki.
DORAEMON
diperkirakan akan memulai penugasannya pada pertengahan tahun 2015. Seki
berharap melalui robot berbentuk kucing tersebut, hubungan kedua negara
akan terjalin lebih erat lagi dari sebelumnya dan Jepang kembali
menjadi most favoured nation dalam kerjasama perdagangan dengan Indonesia.

Salah
satu ruangan laboratorium robotik di Lembaga Robotik Nasional (LARON).
Mantan Kepala LARON Heryanto Sukmaraga menyoroti ketergantungan
pemerintah kepada teknologi dari luar negeri, serta ketidakpedulian pada
pengembangan teknologi dalam negeri. Heryanto mengharapkan pemerintah
agar lebih memperhatikan kebutuhan peneliti dan ilmuwan dalam negeri
untuk menciptakan kedaulatan teknologi. (photo courtesy haaretz.com)
Reaksi Protes dari Dalam Negeri
Rencana
pemerintah Jepang untuk menugaskan DORAEMON untuk membantu Presiden
Jokowi ternyata mendapatkan kecaman di Indonesia. Meski diperkirakan
akan populer di kalangan masyarakat, hadirnya DORAEMON mendapat sorotan
khusus dari mantan kepala Lembaga Robotik Nasional (LARON), Heryanto
Sukmaraga.
Ia
menanggap bahwa penugasan robot Jepang tersebut menampar wajah para
peneliti robotik dalam negeri. Menurut Heryanto, LARON sebenarnya telah
memiliki teknologi dasar untuk membuat robot secanggih DORAEMON. Hanya
saja, lembaga tersebut tidak diberikan anggaran yang cukup untuk
penelitian lebih lanjut.
“Pada saat
saya menjabat sebagai Kepala LARON, anggaran kami berkali-kali
dipotong, puncaknya ketika kami terpaksa menjadikan sebagian dari kantor
kami berubah jadi warnet untuk menutupi biaya yang ada. Pada dasarnya kami memang masuk dalam daftar lembaga negara kategori IV, yaitu ‘lembaga-lembaga yang keberadaannya terlupakan oleh presiden’,
maka meskipun kami punya teknologinya, tetap tidak dapat berbuat
apa-apa karena tidak ada anggarannya. Apalagi saat ini saya dikabari
bahwa hampir seluruh penelitian negara harus done by order dan
harus dapat dijual supaya bisa diberi anggaran. Kita ini lembaga yang
isinya ilmuwan dan peneliti, bukan pedagang yang suka jual-jual
teknologi.” tegasnya saat dimintai pendapat di kediamannya pagi ini
(17/12).
Heryanto
menilai bahwa pemerintah Indonesia kurang memperhatikan para
perkembangan penelitian teknologi di negerinya sendiri. Mengimpor dan
menerima berbagai macam teknologi dari negara lain memang tidak
dilarang, tapi ketergantungan terhadap teknologi luar negeri harus mulai
dikurangi dengan memberikan insentif pada perkembangan teknologi dalam
negeri.
Ia
menjelaskan lebih lanjut, ketergantungan yang terlalu besar terutama
pada teknologi strategis berpotensi mempengaruhi keamanan data-data
pertahanan dan ketahanan dalam negeri. Oleh karena itu, bagaimanapun
ketertinggalan Indonesia, penelitian dan pengembangan harus tetap
menjadi prioritas pemerintah sebagai usaha untuk berdaulat di bidang
teknologi.
“Dalam teknologi yang kita beli seperti satelit, drone, dan robot, bukan tidak mungkin dipasangi chip
khusus yang bisa mentransfer data-data penting ke negara produsen.
Meski saya pribadi menolak penugasan DORAEMON untuk membantu presiden,
tapi kalau beliau memang menerima, mau apa lagi? Saya hanya berharap
dalam kerjasama tersebut presiden dapat memaksa pemerintah dan
konsorsium Jepang untuk melakukan alih teknologi robotik secara layak ke
Indonesia.” papar Heryanto mengakhiri wawancara. (Sha01)
Dikutip dari posronda.net
===
DISCLAIMER – POS RONDA adalah situs yang berisikan tulisan, artikel, dan cerita yang dibuat dan disusun sebagai KARYA FIKSI, bersifat SATIR, dan berfungsi sebagai HIBURAN.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar